Pengalaman Daftar SMA

Sekitar bulan Juni kemarin, akhirnya momen yang ditunggu-tunggu datang juga — PPDB atau Penerimaan Peserta Didik Baru resmi dibuka. Setelah penantian yang cukup panjang, akhirnya . . .

Sekitar bulan Juni kemarin, akhirnya momen yang ditunggu-tunggu datang juga — PPDB atau Penerimaan Peserta Didik Baru resmi dibuka. Setelah penantian yang cukup panjang, akhirnya bisa juga daftar ke SMA dengan penuh semangat dan harapan.

Anwar waktu itu punya satu target utama: sekolah di negeri. Soal sekolahnya di mana, gak terlalu masalah — yang penting negeri dan deket rumah. Di SMP, Anwar daftar PPDB lewat jalur kolektif. Tapi jujur ya, ikut kolektif itu cuma buat ngeramein aja, padahal sebenernya daftar mandiri juga bisa 😅.

Pilihan utama Anwar waktu itu jatuh ke SMAN 11, karena deket banget dari rumah. Pilihan keduanya SMAN 15. Guru-guru di SMP dulu sempat nyaranin buat daftar ke SMAN 1, sekolah favorit gitu deh. Tapi Anwar nolak. Temen-temen malah nganggap Anwar aneh gara-gara gak mau ke SMAN 1. Tapi dari awal, Anwar udah jelas: yang penting deket dan nyaman, bukan sekadar nempel label “sekolah favorit”.

Waktu hari pengumuman tiba, ternyata SMAN 11 gak nerima Anwar. Tapi ya udah, gak terlalu kecewa juga. Soalnya, pilihan kedua keterima! Anwar masuk ke SMAN 15, dan itu bikin bersyukur banget, karena banyak temen yang malah gak keterima di pilihan satu dan dua mereka.

Ada yang nanya,
“Loh, Anwar kan bisa ikut tahap kedua (zonasi) kan?”
Jawabannya? Gak bisa.
Kenapa? Jarak rumah ke sekolah negeri paling deket aja udah 1,2 KM. Sementara sekarang, jarak 800 meter – 1 KM aja udah banyak yang gak diterima, apalagi lebih dari itu. Jadi kalau gak keterima di tahap satu, ya… fix gak ada harapan di tahap dua.

Tapi yang paling bikin geleng-geleng kepala itu temen cowok Anwar. Mungkin bisa dibilang gak mikir panjang, atau malah nekat kelewat batas. Dia itu pindah Kartu Keluarga ke rumah siapa gitu, padahal syaratnya KK harus udah satu tahun.

Dan yang lebih absurd lagi, dia ngedit tanggal penerbitan KK-nya! Dari tanggal asli “12-01-2022” diubah jadi “2020”, biar keliatan udah lama tinggal di situ. Masalahnya… lupa kalau sekarang KK udah pakai QR Code. Jadi ya, tinggal scan doang langsung ketauan.

Anwar cuma bisa mikir:
“Punya temen kok begini? Bodohnya kelewatan.”

Dari semua pengalaman itu, Anwar belajar satu hal penting: jujur lebih tenang daripada nyari jalan pintas yang ujung-ujungnya ketahuan. Kalau emang belum rezeki di sekolah pilihan pertama, bukan berarti gagal — bisa aja ternyata pilihan kedua itu justru yang terbaik buat kita.

Yang penting itu bukan sekolah favorit atau yang paling keren, tapi dimana kita bisa belajar dengan tenang, jujur, dan berkembang jadi versi terbaik diri sendiri.

Picture of Muhammad Anwar Ramdhani

Muhammad Anwar Ramdhani

Seorang siswa yang tanpa sengaja jatuh dan terjebak ke dalam dunia kepenulisan. Berbagai curahan pikiran dan hatinya akan siap menjadi sebuah kata-kata yang memenuhi ruang ini dalam waktu dekat—selamat berkelana di pikiranku!
Picture of Muhammad Anwar Ramdhani

Muhammad Anwar Ramdhani

Seorang siswa yang tanpa sengaja jatuh dan terjebak ke dalam dunia kepenulisan. Berbagai curahan pikiran dan hatinya akan siap menjadi sebuah kata-kata yang memenuhi ruang ini dalam waktu dekat—selamat berkelana di pikiranku!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *