Nyogok Semakin Terdepan

Setiap musim PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru), rasanya kaya nonton drama tahunan yang alurnya udah bisa ditebak—rumit, tegang, dan penuh intrik. Dan kayaknya, dari tahun . . .

nyogok

Setiap musim PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru), rasanya kaya nonton drama tahunan yang alurnya udah bisa ditebak—rumit, tegang, dan penuh intrik. Dan kayaknya, dari tahun ke tahun, selalu ada topik yang nggak pernah absen: nyogok dan pindah KK.

Kita bahas dulu yang pertama ya—nyogok. Di tahap kedua PPDB, yang sistemnya zonasi, Anwar yakin deh pasti banyak yang “main belakang” buat bisa masuk ke sekolah favorit. Tapi kadang suka mikir, kenapa sih harus bayar mahal-mahal cuma buat masuk sekolah?

Coba deh bayangin, udah keluar duit belasan sampai puluhan juta, tapi pas lulus nanti nggak bawa prestasi apa-apa. Kan rasanya… ya gimana gitu. Nggak cuma buang duit, tapi juga kayak ngasih contoh buruk: bahwa jalan pintas itu bisa dibeli. Padahal, kenyataannya nggak semua hal bisa ditukar pakai uang, apalagi kemampuan dan usaha belajar.

Anwar bukannya iri atau nyinyir, tapi lebih ke heran aja. Kalau memang masuk sekolah bagus itu tujuannya buat jadi lebih pintar dan berprestasi, kenapa nggak mulai dari usaha yang jujur? Soalnya masuk dengan cara curang bukan jaminan jadi anak pinter. Dan kalau ternyata nanti nilai-nilainya biasa aja, kan malah makin malu tuh—udah nyogok, hasilnya zonk.

Nah, kecurangan berikutnya yang juga rame di tahap zonasi adalah pindah kartu keluarga (KK). Ini juga nggak kalah “cerdas” sih idenya—pura-pura tinggal di rumah nenek, om, tante, atau siapa aja yang rumahnya deket sama sekolah favorit, biar jaraknya lebih pendek dan dapet prioritas.

Temen Anwar ada yang tadinya rumahnya 1 kilometer lebih dari sekolah, eh tau-tau pas pengumuman jadi 100 meter doang. Ajaib banget, ya?

Emang sih, kecurangan ini keliatannya lebih “halus” dan nggak melibatkan uang sebesar nyogok. Tapi ujung-ujungnya sama aja: main curang. Yang bikin sedih, orang-orang yang udah jujur, yang bener-bener tinggal deket sekolah, malah kegeser sama yang akal-akalan.

Terus pertanyaannya sekarang, emang kalau udah curang gitu bakalan lebih pintar? Atau hidupnya bakal lebih baik? Kalau iya sih oke lah (walaupun tetap nggak benar). Tapi kalau hasilnya biasa aja, bahkan lebih rendah dari yang masuk secara murni, terus buat apa?

PPDB tuh harusnya jadi awal perjuangan, bukan ajang “siapa yang paling licik bisa menang.” Anwar yakin banget, keberhasilan itu datang dari kerja keras, bukan dari jalan pintas. Mau sekolah dimanapun, kalau memang niat belajar dan punya semangat, pasti bisa sukses.

Buat yang masuk dengan cara jujur, tetap semangat ya. Jangan minder cuma karena nggak sekolah di tempat yang katanya favorit. Sekolah itu cuma tempat, yang bikin kita jadi hebat itu usaha, sikap, dan kemauan buat berkembang.

Dan buat yang masuk lewat jalan pintas… ya semoga sadar. Karena dunia itu bukan cuma soal dapet tempat bagus, tapi soal jadi manusia yang baik dan jujur.

Picture of Muhammad Anwar Ramdhani

Muhammad Anwar Ramdhani

Seorang siswa yang tanpa sengaja jatuh dan terjebak ke dalam dunia kepenulisan. Berbagai curahan pikiran dan hatinya akan siap menjadi sebuah kata-kata yang memenuhi ruang ini dalam waktu dekat—selamat berkelana di pikiranku!
Picture of Muhammad Anwar Ramdhani

Muhammad Anwar Ramdhani

Seorang siswa yang tanpa sengaja jatuh dan terjebak ke dalam dunia kepenulisan. Berbagai curahan pikiran dan hatinya akan siap menjadi sebuah kata-kata yang memenuhi ruang ini dalam waktu dekat—selamat berkelana di pikiranku!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *